Umum  

30 Mei: 498 Tahun Lalu, Fatahillah Membakar Kesombongan Portugis di Sunda Kelapa dan Melahirkan Jayakarta!

Sunda Kelapa, 30 Mei 1527 — Hampir lima abad yang lalu! Di tanah yang kini menjadi jantung Ibu Pertiwi, api perjuangan menyala terang, menembus langit yang kelam oleh arogansi penjajah. Di bawah panji keberanian dan kehormatan Nusantara, seorang panglima agung bernama Fatahillah mengguncang sejarah dengan satu seruan: “Usir penjajah dari tanah leluhur kita!”

 

Portugis, yang datang dengan bedil dan keserakahan, menanam kuku penjajahan di pelabuhan Sunda Kelapa. Mereka ingin menjadikan bumi ini ladang kekuasaan, menginjak harga diri bangsa yang sudah ratusan tahun hidup dalam kemerdekaan adat dan martabat.

 

Namun Fatahillah — utusan dari Kesultanan Demak, pejuang dari tanah Jawa, putra sejati Nusantara — tidak tinggal diam! Ia datang dengan pasukan pemberani, menyatukan kekuatan dari Cirebon dan Banten, menantang meriam dengan tekad, menantang baja dengan semangat.

 

30 Mei 1527, dentuman perang menggema. Senjata berkobar, peluh bercucuran, darah mengalir. Tapi semangat tak pernah surut. Di bawah terik matahari dan gelegar langit, benteng Portugis roboh, dan kibaran bendera penjajah direnggut dari tiangnya.

 

Di atas reruntuhan kesombongan itu, Fatahillah mengumandangkan nama baru:

“Jayakarta!”

Yang berarti: kemenangan yang sempurna.

 

Sejak hari itulah, Jayakarta lahir bukan dari perundingan, bukan dari pemberian — tetapi dari perjuangan! Dari keberanian menolak tunduk. Dari darah para pejuang yang percaya bahwa tanah ini adalah warisan untuk anak cucu, bukan untuk dijarah oleh bangsa asing.

 

498 tahun telah berlalu. Tapi api itu belum padam. Ia hidup dalam semangat kita hari ini. Dalam setiap langkah di jalanan Jakarta, dalam setiap tiang gedung pencakar langit, dalam denyut nadi bangsa yang tak rela dilupakan sejarahnya.

 

Hari ini, mari kita angkat kepala tinggi-tinggi.

Ingat bahwa Jakarta bukan sekadar ibu kota.

Ia adalah simbol perlawanan.

Ia adalah buah dari pertempuran.

Ia adalah warisan dari keberanian hampir lima abad yang lalu.

 

Dan selama nama Jayakarta masih bergema di dada rakyatnya, maka bangsa ini tak akan pernah tunduk, tak akan pernah diam, dan tak akan pernah lupa.

 

MERDEKA!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *