Umum, Umum  

Ibu Tua di Banjarnegara Diperlakukan Tak Pantas oleh Oknum Petugas Program Mekaar: Harapan Lepas dari Rentenir Justru Berujung Derita

Banjarnegara 30 Mei 2025 — Suara Rakyat Bawah

Harapan untuk lepas dari jerat rentenir dan menjalani hidup lebih baik justru berubah menjadi luka yang dalam bagi seorang ibu tua warga Dusun Kemukus, Desa Punggelan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara. Perempuan lansia yang dikenal dengan inisial SN ini mengalami perlakuan yang sangat tidak manusiawi dari seorang oknum petugas Program Mekaar — sebuah program pembiayaan usaha mikro yang digagas pemerintah untuk memberdayakan ekonomi perempuan kecil.

 

SN, yang selama ini hidup dalam kesederhanaan, awalnya menggantungkan harapan pada Program Mekaar agar bisa mengembangkan usaha kecilnya dan tak lagi tergantung pada pinjaman berbunga tinggi dari rentenir. Namun, nasib berkata lain. Pada suatu malam yang seharusnya menjadi waktu istirahat bagi warga desa, ibu SN justru dipaksa oleh oknum petugas Mekaar untuk mencari pinjaman dari siapa pun agar bisa membayar angsuran yang terlambat hari itu juga.

 

Padahal, ini adalah kali pertama dirinya mengalami keterlambatan dalam pembayaran. Bukan karena tak mau membayar, namun karena kondisi ekonomi yang semakin sulit. Alih-alih diberi pengertian atau solusi, SN malah dikawal dengan tekanan mental agar mencari uang dengan segera. Tak hanya itu, saat tubuh rentanya hampir terjatuh karena kelelahan, oknum petugas tersebut justru menertawakannya — sebuah tindakan yang sangat jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan pelayanan publik.

 

Peristiwa memilukan ini sontak memantik keprihatinan dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Slamet Wahyudi, Ketua LSM GMBI Distrik Banjarnegara, yang mengecam keras tindakan oknum petugas Mekaar tersebut.

 

> “Mekaar itu kan program pemerintah. Harusnya para petugasnya punya sisi kemanusiaan dan menjadi jembatan harapan, bukan malah bertindak melebihi rentenir,” tegas Slamet.

 

 

 

Ia menilai bahwa petugas program pemerintah semestinya hadir dengan pendekatan yang manusiawi dan penuh empati, bukan dengan tekanan dan intimidasi, apalagi kepada lansia yang hanya ingin hidup layak.

 

Slamet juga menegaskan bahwa LSM GMBI Distrik Banjarnegara akan terus berada di barisan terdepan dalam membela masyarakat kecil.

 

> “Kami, GMBI Distrik Banjarnegara, akan terus mengawal dan melindungi rakyat kecil. Tidak boleh ada lagi rakyat yang tertindas oleh sistem yang seharusnya melindungi mereka. Ini tugas kami, dan kami akan berdiri bersama mereka sampai keadilan benar-benar ditegakkan,” ujarnya dengan tegas.

 

 

Kisah SN hanyalah satu dari sekian banyak potret luka masyarakat kecil yang seharusnya mendapat perlindungan dan keadilan sosial. Di usia senjanya, SN hanya ingin hidup dengan tenang, menjalani hari dengan usaha kecil yang ia tekuni, dan berharap program pemerintah benar-benar menjadi tangan yang mengangkat, bukan yang menindih.

 

Kini, SN hanya bisa pasrah, meski luka batin akibat perlakuan tersebut masih membekas. Namun harapan belum padam. Ia dan masyarakat desa lainnya masih menantikan ketulusan negara dalam menjalankan janji-janji kesejahteraan.

 

Semoga kejadian ini menjadi cermin dan cambuk bagi semua pihak, bahwa pelayanan publik harus dijalankan dengan hati nurani, terutama ketika menyangkut hidup rakyat kecil yang hanya punya sedikit pegangan selain harapan.

Penulis: NayEditor: DenHaryo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *