Banjarnegara (22/09) – Suara Rakyat Bawah, Tragedi kecelakaan yang menimpa Waluyo, warga Badakarya, Punggelan, pada Senin (21/09) malam sekira pukul 20.00 WIB menguak wajah asli proyek irigasi di Desa Kincang, Kecamatan Rakit: sembrono, minim pengawasan, dan abai pada keselamatan. Material pasir ditumpuk di badan jalan hingga memakan separuh jalur, tanpa rambu, tanpa penerangan, dan tanpa pengamanan. Malam hari, lokasi itu berubah menjadi perangkap maut.
Ironisnya, baru setelah korban jatuh, pekerja proyek bergegas memasang papan peringatan. Sebuah tindakan reaktif yang hanya menambah bukti: sejak awal, pelaksana proyek tidak menjadikan keselamatan masyarakat sebagai prioritas.

Ketua Distrik LSM GMBI Banjarnegara yang menelusuri kasus ini pun sempat menemui pihak BBWS Serayu Opak. Namun jawaban yang diterima justru membuat publik geram. Pejabat bernama Wahyudi menyebut proyek tersebut bukan bagian dari BBWS, melainkan ranah desa atau pemerintah daerah. Sekalipun benar demikian, pertanyaan mendasar tetap sama: apakah proyek bisa dijalankan tanpa standar keselamatan hanya karena bukan dikerjakan BBWS?
Dalam aturan konstruksi nasional, keselamatan kerja dan keamanan publik adalah harga mati. Setiap material harus ditata di lokasi aman, dilengkapi rambu-rambu, serta penerangan memadai. Fakta di lapangan jelas menunjukkan pelanggaran. Kelalaian semacam ini tidak bisa ditolerir, karena taruhannya adalah nyawa manusia.
Proyek irigasi yang seharusnya membawa manfaat bagi petani dan masyarakat justru menimbulkan korban jiwa. Jika standar dasar seperti keselamatan saja diabaikan, publik berhak mempertanyakan kualitas dan transparansi proyek tersebut secara keseluruhan.
Kini, masyarakat menunggu: apakah pihak berwenang akan menindak tegas kelalaian ini, atau lagi-lagi hanya berhenti pada saling lempar tanggung jawab?