SDN 2 Jembangan di Ambang Runtuh, Anak-anak Belajar dalam Derita – GMBI: Ini Bentuk Pengabaian Negara

 

Banjarnegara (21/06/2025) — Suara Rakyat Bawah,
Di tengah jargon “Indonesia Maju” dan gembar-gembor pembangunan merata, kenyataan di lapangan justru menunjukkan ironi yang menyakitkan. SD Negeri 2 Jembangan, sebuah sekolah dasar di Kecamatan Punggelan, Banjarnegara, memperlihatkan wajah asli dari sistem pendidikan kita: bobrok, diabaikan, dan dipinggirkan. Anak-anak di sana dipaksa belajar di antara puing-puing bangunan yang hampir roboh, sementara para pengambil kebijakan entah sibuk apa, seolah tak pernah peduli.

Tim investigasi dari LSM Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) Distrik Banjarnegara yang datang langsung ke lokasi, menemukan kondisi yang tidak hanya memprihatinkan, tapi sungguh memalukan. Sekolah ini sudah bukan sekadar rusak—ia sekarat. Dan di dalamnya, puluhan siswa tetap berjuang mengeja mimpi di antara dinding retak dan atap yang nyaris runtuh.

Kondisi ruang kelas

Ruang kelas disulap menjadi ruang serba guna, mencampur bangku pelajar dengan tumpukan buku berdebu dalam perpustakaan darurat yang bahkan tak layak disebut ruang. Di musim hujan, air masuk tanpa ampun lewat atap yang bocor di mana-mana. Anak-anak terpaksa menghindar dari tetesan air saat belajar. Dindingnya mengelupas seperti kulit luka lama yang tak pernah diobati, jendela dan pintu rusak berat, dan ventilasi nyaris tidak ada. Di ruang seperti itu, bukan hanya proses belajar yang terganggu, tapi juga keselamatan nyawa.

Ini bukan sekadar keterbatasan—ini bentuk nyata pembiaran dan pengabaian oleh negara.
Di mana dinas pendidikan? Ke mana pemerintah daerah? Sampai kapan anak-anak desa harus menelan getir karena tak pernah dianggap penting?

Ketua LSM GMBI Distrik Banjarnegara, Slamet Wahyudi, tidak menahan amarahnya setelah melihat kondisi sekolah yang jauh dari layak itu.

> “Kami bukan datang untuk pencitraan. Kami datang karena nurani kami terusik. Ini bukan sekadar rusak, ini bangunan mati yang dipaksa hidup oleh semangat anak-anak yang tidak menyerah. Kalau pemerintah masih punya hati nurani, mereka harus segera turun tangan. Bukan minggu depan, bukan bulan depan. Tapi sekarang!” tegas Slamet.

 

Ia juga menyoroti informasi yang beredar di masyarakat bahwa sekolah ini “katanya” sudah masuk tahap lelang pembangunan.

> “Katanya sudah masuk tahap lelang? Katanya siapa? Informasi yang simpang siur, tanpa dasar jelas, tanpa transparansi, adalah bukti buruknya komunikasi dan lemahnya tanggung jawab publik. Kami muak dengan janji manis yang tidak pernah diwujudkan. Rakyat sudah terlalu sering dibohongi,” lanjut Slamet.

GMBI menyatakan siap mengawal kasus ini sampai tuntas. Jika perlu, mereka akan membawa persoalan ini ke tingkat yang lebih tinggi. Slamet menegaskan bahwa LSM GMBI tidak akan diam melihat kebusukan sistem yang membiarkan anak-anak Indonesia belajar di reruntuhan.

> “Setiap detik yang dibiarkan tanpa perbaikan, adalah bentuk kejahatan terhadap masa depan anak-anak ini. Sekolah bukan tempat menanam trauma. Ini tempat menumbuhkan harapan. Tapi lihatlah sekarang, yang ditumbuhkan justru rasa takut dan ketidakpastian.”

 

Warga Jembangan pun angkat suara. Mereka sudah bosan menjadi korban janji-janji politik dan program pembangunan yang hanya berhenti di papan nama proyek. Selama bertahun-tahun mereka menanti, namun perhatian nyata tak kunjung datang.

SD Negeri 2 Jembangan bukan hanya cerita rusaknya satu bangunan sekolah—ini adalah simbol hancurnya perhatian negara terhadap rakyat kecil. Sebuah sekolah yang seharusnya menjadi benteng peradaban, malah dibiarkan runtuh perlahan.

Hari ini, semua pihak harus bercermin: berapa lama lagi kita akan berpura-pura tidak melihat? Berapa generasi lagi yang harus dikorbankan karena kelalaian dan kemalasan birokrasi?

Sudah saatnya berhenti bicara di atas kertas. Saatnya turun ke tanah, lihat dengan mata kepala sendiri, dan bertindak dengan cepat. Karena di balik tembok rapuh SDN 2 Jembangan, ada nyawa-nyawa kecil yang terus menunggu—bukan janji, tapi bukti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *